ASUHAN KEPERAWATAN
PERIKARDITIS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot.
Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai
otot polos yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).
Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah luar
yang merupakan selaput pembungkkus terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
parietal dan viseral yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung.
Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga
agar pergesekan antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap
jantung. Jantung bekerja selama kita masih hidup, karena itu membutuhkan
makanan yang dibawa oleh darah, pembuluh darah yang terpenting dan memberikan
darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri koronaria.
Perikardium dapat terlibat dalam berbagai kelainan
hemodinamika, radang, neoplasi, dan bawaan. Penyakit perikardium dinyatakan
oleh tmbunan cairan (disebut efusi perikardium), radang (yaitu perikarditis).
Perikarditis ialah penyakit sekunder dimanapun di tubuh contohnya penyebaran
infeksi kedalam kantung perikareritematasus sistemik. Tetapi kadang-kadang
perikarditis terjadi sebagai kelainan primer.
Pada perikarditis, ditemukan reaksi radang yang
mengenai lapisan perikardium viseratis dan atau parietalis.ditemukan banyak
penyebab tetapi yang paling sering ialah akut, perikarditis non spesifik
(viral), infark miokard dan uremia.
Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan
tentang perikarditis beserta asuhan keperawatannya dan diharapkan bisa
membantu mahasiswa, tenaga kesehatan dan masyarakat umum untuk lebih memahami
tentang masalah perikarditis.
1.2 Rumusan Masalah
Apa konsep teori dari perikarditis dan bagaimana
asuhan keperawatan pada klien dengan perikarditis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan yang harus diberikan
kepada anak dengan gangguan perikarditis
1.3.2 Tujuan
Khusus
- Mahasiswa mampu memahami definisi dari perikarditis
- Mahasiswa mampu memahami etiologi dari perikarditis
- Mahasiswa mampu memahami Manifestasi klinis dari perikarditis
- Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostic yang dibutuhkan untuk perikarditis
- Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari perikarditis
- Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari perikarditis
- Mahasiswa mampu memahami prognosis dari perikarditis
- Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari perikarditis
- Mahasiswa mampu memahami WOC dari perikarditis
10. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan
dari perikarditis
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit perikarditis, serta
mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Perikarditis ialah peradangan pericardium viseralis
dan parietalis dengan atau tanpa disertai timbulnya cairan dalam rongga
perikard yang baik bersifat transudat atau eksudat maupun seraosanguinis atau
purulen dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab. (IKA FKUI, 2007)
Perikarditis adalah peradangan pericardium parietal,
pericardium visceral, atau keduanya. Perikarditis dibagi atas
perikarditis akut, subakut, dan kronik. Perikarditis subakut dan kronik
mempunyai etiologi, manifestasi klinis, pendekatan diagnostic, dan
penatalaksanaan yang sama. (Arif, 2009)
2.2 Etiologi
Penyebab yang paling sering ialah reuma, yang
merupakan 55% dari seluruh kasus. Perikarditis purulenta/ septic (28%)
disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus, Diplococcus pneumoniae, dan
Streptococcus hemolyticus. Penyebab lainnya ialah tuberculosis, virus
Coxsackie, rheumatoid, uremia, trauma dan idiopatik.
Tabel 01.Macam Klasifikasi Perikarditis
Klasifikasi Klinis
|
Klasifikasi Etiologis
|
||
Perikarditis akut (<6minggu)
|
Fibrinosa
|
Perikarditis Infeksiosa
|
Virus, pirogenik, tuberkulosis, mikotik, infeksi
lain (sifilis, parasit)
|
Perikarditis subakut
(<6minggu- 6 bulan)
|
Konstriktif
Efusi konstriktif
|
Perikarditis non-infeksiosa
|
Infark miokardium akut, uremia, neoplasia: tumor
primer dan tumor metastasis, miksedema, kolesterol, kiloperikardium, trauma:
luka tembus dinding dada, aneurisma aorta (dengan kebocoran ke dalam kantong
perikardium) pascaradiasi, cacat sekat atrium, anemia kronis berat,
perikarditis familial: mulberry aneurysm, idiopatik akut.
|
|
|
Perikarditis b.d hipersensitivitas atau autoimun
|
Demam rematik, penyakit vaskular kolagen: SLE,
reumatik arthritis, skleroderma, akibat obat: prokalnamid, hidralazin, pasca
cedera kardiak.
|
2.3 Manifestasi Klinis
Nyeri, batuk kering, demam, fatigue, cemas, ulsus
paradoksus, JVD, CRT turun, gangguan status mental, kreatinin meningkat,
cardiac marker meningkat,kardiak marker meningkat, ST segmen elevasi, PR
depresi kecuali segmen aVR.
Manifestasi perikarditis konstriktif sangat bervariasi
bergantung pada berat, distribusi, dan kecepatan terjadinya sikatriks.
Tanda-tanda perikarditis konstriktif menurut urutan, yaitu dispnea, edema
perifer, pembesaran perut, gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi,
batuk, nausea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
Sebagian penderita (60%) mengeluh nyeri dada. Sesuai
dengan banyaknya cairan yang terkumpul dalam rongga perikard, maka dapat
menimbulkan gangguan hemodinamika dan akan timbul keluhan sesak nafas dan
gejala bendungan vena. Bila disertai dengan miokarditis (pankarditis) seperti
yang sering ditemukan pada perikarditis reumatik, terdapat pula gambaran gagal
jantung kongestif. Kriteria nyeri pada perikarditis akut dan tajam, berkurang
dengan perubahan posisi.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan seorang anak yang
tampak sakit berat, dispnea, takikardi dan terdapat palsus paradoksus yaitu
melemahnya tau hilangnya nadi pada inspirasi yang lebih nyata tampak pada
pengukuran tekanan darah.
Bila sudah ada bendungan vena, akan terlihat
peninggian tekanan vena jugularis dan pembesaran hepar yang sukar dibedakan
dengan gagal jantung kongestif. Pada inspeksi iktus kordis tidak terlihat dan
pada palpasi juga iktus kordis sukar ditentukan serta aktivitas jantung
berkurang.
2.4 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Elektrokardiografi
Elektrokardiografi memperlihatkan elevasi segmen ST
dan perubahan resiprokal, voltase QRS yang rendah (low voltage) tapi EKG
bisa juga normal atau hanya terdapat gangguan irama berupa fibrilasi atrium.
Pemeriksaan ekokardiografi M-Mode atau dua dimensi
sangat baik untuk memastikan adanya efusi pericardium dan memperkirakan
banyaknya cairan pericardium.
Pada fase akut, akan tampak elevasi segmen S-T yang
berbentuk konkaf terutama pada antar pericardium kiri. Mula-mula T masih
normal, kemudian menjadi datar/ negative. Kelainan T lebih lama menetap, yaitu
sampai 2-3 minggu, bahkan kadang-kadang berbulan-bulan seperti pada
perikarditis tuberkulosa. Amplitude QRS dan T akan mengecil (low voltage)
sesuai dengan jumlah cairan yang ada.
Pemeriksaan Radiologis
Foto rontgen toraks bila efusi pericardium hanya
sedikit, tetapi tetap tampak bayangan jantung membesar seperti water bottle
dengan vaskularisasi paru normal dan adanya efusi pericardium yang banyak.
Pada efusi pericardium, gambaran Rontgen toraks
memperlihatkan suatu konfigurasi bayangan jantung berbentuk buli-buli air tapi
dapat juga normal atau hamper normal.
Pada posisi berdiri atau duduk, maka akan tampak
pembesaran jantung yang berbentuk segitiga dan akan berubah bentuk menjadi
globular pada posisi tiduran. Kadang-kadang tampak gambaran bendungan pembuluh
darah vena. Pada fluoroskopi tampak jantung yang membesar dengan pulsasi yang
minimal atau tidak tampak pulsasi sama sekali (silent heart). Jumlah
cairan yang ada dan besar jantung yang sebenarnya dapat diduga dengan
angiokardiogram atau ekokardiogram.
Pemeriksaan Laboratorium
Laju endap darah umumnya meninggi terutama pada fase
akut. Terdapat pula leukositosis yang sesuai dengan kuman penyebab. Cairan
perikard yang ditemukan dapat bersifat transudat seperti perikarditis
rheumatoid, reumatik, uremik, eksudat serosanguinous dapat ditemukan pada
perikarditis tuberkulosa dan reumatika.
Cairan yang purulen ditemukan pada infeksi banal.
Terhadap cairan perikard ini, harus dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap
jenis sel yang ditemukan, pemeriksaan kimia terhadap komposisi protein yang ada
dan pemeriksaan bakteriologis dengan sediaan langsung, pembiakan kuman atau
dengan percobaan binatang yang ditujukan terhadap pemeriksaan basil tahan asam
maupun kuman-kuman lainnya.
2.5 Penatalaksanaan Medis
Pengobatan penyakit dasar merupakan tujuan utama,
tetapi beberapa kronis idiopatik dapat diobati dengan menggunakan indometasin
atau kortikosol. Bila efusi pericardium kronis tetap menimbulkan gejala
keluhan, maka perlu dipertimbangkan perikardiektomi.
Bila diagnosis perikarditis konstriktif telah dibuat,
maka perikardiektomi merupakan satu-satunya pengobatan untuk menghilangkan
tahanan pengisian ventrikel pada fase diastolic.
Penatalaksanaan pada efusi pericardium yang massif
adalah dengan melakukan perikardisentesis ke dalam kantong pericardium dengan
tujuan agar proses drainase dari aspirasi dapat adekuat. (Rubin, 1990)
Penatalaksanaan tamponade jantung dengan pengobatan
yang sesegera mungkin dapat menyelamatkan klien dari kematian, maka pemeriksaan
yang cepat dan tepat untuk menegakkan diagnosis secara tepat, misalnya
pemeriksaan ekokardiografi yang diikuti pemeriksaan kateterisasi jantung, harus
dilaksanakan. Tamponade jantung memerlukan aspirasi pericardium dengan jarum.
Monitor EKG memerlukan perhatian dan kecurigaan yang lebih cermat, karena dalam
banyak hal, tidak ada penyebab yang jelas terlihat yang menyatakan adanya
penyakit pericardium. Pada klien dengan hipotensi dan evaluasi tekanan darah
jugularis, dengan lekuk x yang menonjol, bahkan tanpa adanya lekuk y,
kemungkinan adanya tamponade jantung harus diperhatikan.
Tamponade jantung harus dicapai bila terdapat
perluasan daerah perkusi yang redup di daerah dada anterior, nadi paradoksal,
gambaran paru yang cukup bersih, pulsasi bayangan jantung yang berkurang pada
fluoroskopi, pengurangan amplitude QRS, gangguan listrik dari P, QRS, dan T,
serta hal-hal tersebut di awal.
Pada tamponade jantung dengan tekanan yang rendah,
klien biasanya tanpa gejala, atau mengeluh sesak dan kelemahan badab yang
ringan, dan dalam hal ini diagnosis ditegakkan dengan ekokardiografi. Kelainan
hemodinamikdan gejala klinis segera membaik setelah dilakukan perikardiosentesis.
Perikardiosentesis
Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi
pericardium atau pungsi pericardium. Pungsi pericardium dapat dilakukan untuk
konfirmasi dan mencari etiologi efusi sebagai penegakan diagnosis dan tindakan
invasive untuk pengobatan.
Lokasi Pungsi Perikardium
Sudut antara prosesus xifoideus dengan arkus iga kiri.
Titik ini paling aman karena jantung tidak ditutupi paru sehingga mengurangi
kemungkinan penyebaran infeksi ke paru atau perikarditis purulen. Hal ini juga
untuk menghindari tertusuknya arteri mamaria interna. Lokasi efusi pericardium
umumnya berada di bawah, sehingga cairan yang sedikit pun dapat diperoleh di
sini.
Peran perawat dalam pelaksanaan perikardiosentesis
adalah mempersiapkan klien sebelum dan sesudah tindakan, dukungan psikologis,
dan persiapan alat tindakan.
2.6 Komplikasi
1.Tamponade jantung
Tamponade jantung adalah keadaan yang mengancam nyawa,
dimana ditemukan penekanan pada jantung, akibat terjadi pengumpulan cairan
(darah, nanah) atau gas di ruangan perikardium (ruangan antara 2 selaput
pelapis jantung) yang disebabkan karena trauma atau robeknya otot jantung, atau
karena perembesan cairan (efusi). Hal ini dapat menyebabkan jantung tidak dapat
memompa darah ke seluruh tubuh secara optimal.
2.Perikarditiskonstriktif
3.Aritmi jantung
3.Aritmi jantung
Contoh-contoh dari atrial tachycardias termasuk atrial
fibrillation, atrial flutter, and paroxysmal atrial tachycardia (PAT).
Aritmia-aritmia ini terjadi karena gangguan listrik di atria dan/atau di AV
node menyebabkan denyut jantung yang cepat.
4.Nyeri dada berulang-ulang.
2.7 Prognosis
Bergantung kepada penyebabnya. Pada perikarditis
reumatik ditentukan oleh berat ringannya miokarditis yang menyertainya.
Prognosis perikarditis purulenta ditentukan oleh cepatnya pengobatan
antibiotika yang diberikan dan tindakan bedah yang dilakukan. Kematian
pada perikarditis tuberkulosa menjadi sangat menurun dengan ditemukannya
tuberkulostatikum yang lebih poten. Tanpa tindakan pembedahan perikarditis
konstriktiva mempunyai prognosis yang buruk.
2.8 Patofisiologi
Proses inflamasi dan akibat sekunder dari fenomena
infeksi pada perikarditis akan memberikan respons sebagai berikut:
- Terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong perikardium.
- Peningkatan permeabilitas vaskular sehingga kandungan protein, termasuk fibrinogen atau fibrin, di dalam cairan akan meningkat.
- Peningkatan perpindahan leukosit terutama pada perikarditis purulenta.
- Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang mungkin.
Perubahan patologis selanjutnya yang terjadi berupa
terbentuknya jaringan parut dan perlengketan disertai klasifikasi lapisan
perikardium viseral maupun parietal yang menimbulkan suatu perikarditis
konstriktif yang apabila cukup berat akan menghambat pengembangan volume
jantung pada fase diastolik.
Pada kondisi lain, terakumulasinya cairan pada
perikardium yang sekresinya melebihi absorpsi menyebabkan suatu efusi
perikardium. Pengumpulan cairan intraperikardium dalam jumlah yang cukup untuk
menyebabkan obstruksi serius terhadap masuknya darah ke kedua bilik jantung
bisa menimbulkan tamponade jantung. Salah satu komplikasi perikarditis paling
fatal dan memerlukan tindakan darurat tamponade. Tamponade jantung merupakan
akibat peninggian tekanan intraperikardium dan restriksi progresif pengisian
ventrikel.
Tamponade Jantung
Penyebab tamponade paling sering adalah perdarahan ke
dalam rongga perikardium setelah suatu operasi jantung atau trauma, termasuk
yang diakibatkan oleh perforansi selama prosedur diagnostik: TBC dan tumor,
yang kebanyakan adalah karsinoma paru dan payudara, serta limfoma.
Tamponade juga dapat timbul pada perikarditis
idiopatik dan perikarditis akut oleh karena virus, perikarditis
pasca-penyinaran, gagal ginjal selama dialisis, dan hemoperikardium sebagai
akibat pengobatan antikoagulan pada klien dengan berbagai bentuk perikarditis
akut.
Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade
jantung adalah 250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan
1000 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat, karena perikardium
mempunyai kesempatan untuk meregang dan menyesuaikan diri dengan volume cairan
yang bertambah tersebut. Jumlah cairan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
tamponade bervariasi tergantung dari tebalnya miokardium ventrikel, dan
kebalikannya dengan tebalnya perikardium parietal. Lebih sering terjadi adalah
tamponade berlangsung lebih perlahan dan gejala klinisnya menyerupai gagal
jantung, termasuk dispnea, ortopnea, bendungan hati, dan hipertensi vena
jugularis.
DOWNLOAD : WOC
ASKEP PERIKARDITIS
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
1. Identitas pasien.
2. Keluhan utama: Nyeri dada atau sesak nafas
3. Riwayat penyakit sekarang
Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul
seperti edema perifer, gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk,
nausea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea . Kapan mulai serangan, sembuh
atau bertambah buruk, bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering
menimbulkan nyeri dada.
4. Riwayat penyakit dahulu
Harus diketahui apakah pasien pernah terkena TBC,
rheumatoid, uremia, ada trauma dada atau pernah mengalami serangan jantung
lainnya.
5. Riwayat psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting
untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran
pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
3.1.2 Pemeriksaan fisik
- B1 : Breathing (Respiratory System)
Sesak nafas, takipnea, suara nafas ronkhi, batuk (+)
- B2 : Blood (Cardiovascular system)
takikardi, penurunan TD, aritmia jantung
- B3 : Brain (Nervous system)
Normal
- B4 : Bladder (Genitourinary system)
penurunan frekuensi / jumlah urine, urine pekat
gelap
- B5 : Bowel (Gastrointestinal System)
Anorexia, muntah, mual, kekurangan nutrisi
- B6 : Bone (Bone-Muscle-Integument)
Lemah dan nyeri pada daerah ekstremitas
3.2 Analisa Data
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
||||||
Subyektif: pasien mengeluh nyeri dada
Obyektif: - CRT > 3 detik
- Skala nyeri 7
- Penurunan TD
- Aritmia (+)
|
Kemampuan dilatasi jantung
Kontraktilitas ventrikel kiri
Curah jantung
O2
Nyeri
|
Nyeri
|
||||||
Subyektif: pasien mengeluh nyeri dada
Obyektif: - CRT > 3 detik
- Pengeluaran urine inadekuat
- Penurunan TD
- Aritmia (+)
|
Kemampuan dilatasi jantung
Kontraktilitas ventrikel kiri
Curah jantung
|
Penurunan curah jantung
|
||||||
DS: Pasien mengeluh lemah karena hipoksia
DO: Pasien terlihat lemah karena O2 jaringan
menurun.
|
Emboli dalam pembuluh darah
Obstruksi pembuluh darah
Aliran darah ke jaringan terganggu
Perubahan perfusi jaringan
|
Gangguan Perfusi Jaringan
|
||||||
Subyektif: pasien mengeluh badannya terasa lemah
Obyektif: klien tidak mampu bermobilisasi di tempat
tidur
|
Perfusi jaringan
Aliran darah tidak adekuat ke sistemik
Kelemahan fisik
|
Intoleransi Aktifitas
|
||||||
Subyektif: -
Obyektif: terjadi akumulasi cairan di perikardium
|
kemampuan
dilatasi jatung
akumulasi bakteri di perikardium
resiko tinggi infeksi
|
Resikotinggi infeksi
|
3.3 Diagnosa Keperawatan
- Nyeri b.d efusi perikardium
- Penurunan Curah jantung b.d kompresi perikardial
- Gangguan perfusi jaringan perifer b.d curah jantung menurun
- Intoleransi Aktifitas b.d kelemahan dan keletihan fisik
- Resiko tinggi infeksi b.d akumulasi cairan di perikardium
3.4 Intervensi
- Nyeri b.d efusi di perikardium
Tujuan
: dalam 1x24 jam skala nyeri <2
Kriteria Hasil :
- CRT < 3 detik
-
TD normal
-
Aritmia jantung (-)
-
Penurunan curah jantung teratasi
Intervensi
|
Rasional
|
Kolaborasi
Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi
|
Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan
beban kerja jantung dan menurunkan ketidaknyamanan berhungan dengan iskemia.
|
Mandiri
Palpasi nadi perifer
|
Mengontrol penurunan curah jantung
|
Istirahatkan klien dengan tirah baring optimal
|
Menurunkan kebutuhan pemompaan jantung
|
Observasi adanya hipotensi, peningkatan JVP,
perubahan suara jantung, penuruna tingkat kesadaran
|
Manifestasi klinis pada kardiak tamponade yang
mungkin terjadi pada perikarditis ketika akumulasi cairan eksudat pada rongga
perikardial.
|
Pantau perubahan pada sensorik
|
Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral
sebagai dampak sekunder terhadap penuruna curah jantung
|
Kolaborasi
Pemberian diet jantung
|
Pembatasan natrium untuk mencegah, mengatur, atau
mengurangi edema
|
Pemberian vasodilator
|
Meningkatkan curah jantung, menurunkan volume
sirkulasi dan tahanan vaskular sistemik, juga kerja ventrikel
|
- Penurunan curah jantung b.d kompresi perikardial
Tujuan
: dalam 3x24 jam penurunan curah jantung teratasi
Kriteria Hasil :
- CRT < 3 detik
-
Pengeluaran urine adekuat
-
TD normal
-
Aritmia jantung (-)
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Palpasi nadi perifer
|
Mengontrol penurunan curah jantung
|
Pantau output urine
|
Mengetahui respon ginjal dalam menurunkan curah
jantung
|
Istirahatkan klien dengan tirah baring optimal
|
Menurunkan kebutuhan pemompaan jantung
|
Observasi adanya hipotensi, peningkatan JVP,
perubahan suara jantung, penuruna tingkat kesadaran
|
Manifestasi klinis pada kardiak tamponade yang
mungkin terjadi pada perikarditis ketika akumulasi cairan eksudat pada rongga
perikardial.
|
Kaji perubahan pada sensorik
|
Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebralk
sebagai dampak sekunder terhadap penuruna curah jantung
|
Kolaborasi
Pemberian diet jantung
|
Pembatasan natrium untuk mencegah, mengatur, atau
mengurangi edema
|
Pemberian vasodilator
|
Meningkatkan curah jantung, menurunkan volume
sirkulasi dan tahanan vaskular sistemik, juga kerja ventrikel
|
3. perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
proses penyakit.
Tujuan : Perfusi jaringan kembali normal
Kriteria hasil:
mempertahankan atau mendemonstrasikan perfusi jaringan
adekuat secara individual misalnya mental normal, tanda vital stabil, kulit
hangat dan kering, nadi perifer`ada atau kuat, masukan/ haluaran seimbang.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
|
1. Indikator yang menunjukkan embolisasi
sistemik pada otak.
2. Emboli arteri, mempengaruhi jantung dan /
atau organ vital lain, dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit katup, dan/
atau disritmia kronis
3. Dapat mencegah pembentukan atau migrasi
emboli pada pasien endokarditis. Tirah baring lama, membawa resikonya sendiri
tentang terjadinya fenomena tromboembolic.
4. Meningkatkan sirkulasi perifer dan aliran
balik vena karenanya menurunkan resiko pembentukan thrombus.
|
Kolaborasi
Berikan antikoagulan, contoh heparin, warfarin
(coumadin)
|
Heparin dapat digunakan secara profilaksis bila
pasien memerlukan tirah baring lama, mengalami sepsis atau GJK, dan/atau
sebelum/sesudah bedah penggantian katup.
Catatan : Heparin kontraindikasi pada perikarditis
dan tamponade jantung. Coumadin adalah obat pilihan untuk terapi setelah
penggantian katup jangka panjang, atau adanya thrombus perifer.
|
4. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan dan keletihan
fisik
Tujuan
:
meningkatkan kemampuan beraktifitas
Kriteria Hasil : -
klien mampu bermobilisasi di tempat tidur
-
Aktivitas sehari – hari klien terpenuhi
Intervensi
|
Rasional
|
Tingkatkan istirahat dan berikan aktivitas senggang
yang tidak berat
|
Mengurangi kebutuhan oksigen
|
Anjurkan menghindari tekanan abdomen, seperti
mengejan saat defekasi
|
Dengan mengejan dapat mengakibatkan bradikardi,
menurunkan curah jantung dan takikardi, serta peningkatan TD
|
Tingkatkan klien duduk di kursi dan tinggikan kaki
klien
|
Untuk meningkatkan vena balik
|
Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit krisis
|
Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu vena
balik
|
Bantu mobilisasi pasien
|
Mencegah dekubitus
|
5. Resiko tinggi infeksi b.d akumulasi bakteri di
perikardium
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : akumulasi cairan (-)
Tanda-tanda infeksi (-)
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Pantau suhu pasien
|
Suhu pasien merupakan tanda-tanda terjadinya infeksi
|
Kolaborasi
Lakukan tindakan perikardiosentesis
|
Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi
|
Kolaborasi
Lakukan tindakan pungsi perikardium
|
Pungsi perikardium untuk konfirmasi dan mencari
etiologi efusi sebagai penegakan diagnosis
|
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perikardium dapat terlibat dalam berbagai kelainan
hemodinamika, radang, neoplasi, dan bawaan. Penyakit perikardium dinyatakan
oleh tmbunan cairan (disebut efusi perikardium), radang (yaitu perikarditis).
Perikarditis ialah penyakit sekunder dimanapun di tubuh contohnya penyebaran
infeksi kedalam kantung perikareritematasus sistemik. Tetapi kadang-kadang
perikarditis terjadi sebagai kelainan primer.
Pada perikarditis, ditemukan reaksi radang yang
mengenai lapisan perikardium viseratis dan atau parietalis.ditemukan banyak
penyebab tetapi yang paling sering ialah akut, perikarditis non spesifik
(viral), infark miokard dan uremia.
DAFTAR PUSTAKA
Carpentino, Lynda Juall.2001.Buku Saku : Diagnosa
keperawatan edisi : 8 Penterjemah Monica Ester.EGC.Jakarta
Doengoes, E Marlynn,dkk.1999. Rencana Asuhan
Keperawatan edisi 3 penterjemah Monica Ester.EGC.Jakarta
Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
III Edisi IV. Penerbit Ilmu Penyakit Dalam: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar